KETIKA AKU MENJADI GURU
“ impian.. harapan .. cita-cita ..sekolah .. murid .. aku .. guru .. mereka.. kamu.. tempat berpijakku .. bendera merah putih .. perjuangan .. dharmaku .. tumpuanku .. gerbaku .. genggamanku .. impianku .. jalanku .. niatku .. demiku .. semangat .. doa .. tempatku, nafas.. darmaku.. demiku.. langkahku.. manusia.. jalanu.. tempatku.. niat.. hati.. rasa.. perjuangan.. putih merahku.. tumpangku.. genggamanku.. gerbangku.. perjuangan.. impianku.. jayaku.. GURUKU..
Terinspirasi novel 5 cm, bahwa impian, harapan, cita-cita akan tercapai apabila kita meyakininya.
Guru adalah orang yang pertama aku kenla dalam hidupku, dia beri aku pengetahuan hingga aku ada saat ini. Dia tidak kenal lelah untuk mengajarku meski aku sering membantah kepadanya, banyak merepotkannya dan tidak mernah menngerjakan tugas darinya, tapi dia tetap mengajarku dengan sepenuh hati tanpa rasa ragu memberi ilmu kepadaku.
Waktu aku mendengar ada tugas untuk membuat tulisan dengan tema ketika aku menjadi guru, aku sempat pusing tujuh keliling mau menulis apa. Tapi itu tidak membuatku putus asa meski memang benar aku tidak bisa dan benar-benar tidak bisa menulis essai, kemudian dalam ketidak mampuanku aku mulai mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalahku tersebut karena bila tidak ku selesaikan sekarang maka tugas akan tambah banyak.
Ketika aku menjadi guru suatu tema yang sulit untuk di kemukan dengan sebuah kata-kata. Aku mulai tulisanku dengan cerita mengenai kehidupan guru di negara tercinta kita, Indonesia.
Kehidupan guru di negara kita sungguh ironis, mengapa saya ungkapkan demikian?. Saya merasa tidak semua guru itu mendapat penghasilan yang layak untuk jasa mereka, padahal mereka adalah orang-orang yang melahirkan presiden sekarang ini, maupun yang dulu. Tanpa guru apakah akan ada seorang presiden?, jawabannya pasti tidak dan tidak akan pernah lahir seorang presiden kalau tidak ada yang namanya guru.
Jepang adalah salah satu negara maju yang sangat menghargai yang namanya guru, mereka tidak pernah melupakan jasa seoarang guru. Bagi mereka guru itu adalah orang yang paling berjasa dalam perkembangan negara Jepang hingga saat ini. Meski Jepang bukan negara islam tapi penghormatan mereka terhadap guru patut kita tiru. Sekarang yang menjadi pertanyaan mengapa Bangsa Indonesia yang mayoritas muslim dan mempunyai kitab suci yaitu Al-qur’an yang sudah ada di dalamnya mengenai bagaimana sikap kita terhadap orang yang memberi ilmu dan apa akibatnya jika kita tidak menghormati atau menhargai orang yang memberi kita ilmu, tidak pernah bisa menghargai guru seperti orang Jepang yang sangat menghornati guru?.
Ini merupakan sebuah tantangan bagi generasi muda saat ini untuk bisa merubah sikap bangsa ini terhadap guru, bila bukan kita maka siapa lagi. Yang mencetak generasi muda yang berprestasi adalah guru juga dan dari sebegitu banyaknya jasa yang mereka berikan dan kita tidak akan bisa membalasnya, maka guru mendapat gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Itu sebutan yang pantas bagi guru-guru di negara tercinta kita ini, Indonesia.
Ketika Alloh mentakdirkan aku menjadi guru maka akan ku terima dengan sepenuh hati dan menjalankannya dengan sepenuh hati pula. Pada saat itu terjadi aku akan mulai menata diriku sendiri karena guru itu akan menjadi contoh bagi para muridnya Ketika gurunya berbuat salah maka jangan salahkan murid jika murid juga melakukan hal yang sama karena murid tersebut mencontoh tingkah laku dari gurunya tadi.
Setelah mampu menata diri kemudain mulai menata murid-muridnya dan ini merupakan hal yang paling tersulit karena dalam pelaksanaan tahap ini sering terjadi sesuatu yang tak diinginkan terjadi seperti guru menampar muridnya karena kesalahan kecil, dalam hal ini kita tidak bisa menyimpulkan bahwa 100% guru itu salah karena mungkin saja sebelum-sebelumnya murid itu pernah melakukan hal yang membuat guru itu marah dan ini bukan untuk pertama kalinya.
Tapi dalam hal ini juga guru harus bisa menahan emosi mereka ketika berhadapan dengan murid yang memang super. Dan kesabaran adalah tahap ketiga yang akan saya lakukan ketika saya menjadi guru.
Terinspirasi novel 5 cm, bahwa impian, harapan, cita-cita akan tercapai apabila kita meyakininya.
Guru adalah orang yang pertama aku kenla dalam hidupku, dia beri aku pengetahuan hingga aku ada saat ini. Dia tidak kenal lelah untuk mengajarku meski aku sering membantah kepadanya, banyak merepotkannya dan tidak mernah menngerjakan tugas darinya, tapi dia tetap mengajarku dengan sepenuh hati tanpa rasa ragu memberi ilmu kepadaku.
Waktu aku mendengar ada tugas untuk membuat tulisan dengan tema ketika aku menjadi guru, aku sempat pusing tujuh keliling mau menulis apa. Tapi itu tidak membuatku putus asa meski memang benar aku tidak bisa dan benar-benar tidak bisa menulis essai, kemudian dalam ketidak mampuanku aku mulai mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalahku tersebut karena bila tidak ku selesaikan sekarang maka tugas akan tambah banyak.
Ketika aku menjadi guru suatu tema yang sulit untuk di kemukan dengan sebuah kata-kata. Aku mulai tulisanku dengan cerita mengenai kehidupan guru di negara tercinta kita, Indonesia.
Kehidupan guru di negara kita sungguh ironis, mengapa saya ungkapkan demikian?. Saya merasa tidak semua guru itu mendapat penghasilan yang layak untuk jasa mereka, padahal mereka adalah orang-orang yang melahirkan presiden sekarang ini, maupun yang dulu. Tanpa guru apakah akan ada seorang presiden?, jawabannya pasti tidak dan tidak akan pernah lahir seorang presiden kalau tidak ada yang namanya guru.
Jepang adalah salah satu negara maju yang sangat menghargai yang namanya guru, mereka tidak pernah melupakan jasa seoarang guru. Bagi mereka guru itu adalah orang yang paling berjasa dalam perkembangan negara Jepang hingga saat ini. Meski Jepang bukan negara islam tapi penghormatan mereka terhadap guru patut kita tiru. Sekarang yang menjadi pertanyaan mengapa Bangsa Indonesia yang mayoritas muslim dan mempunyai kitab suci yaitu Al-qur’an yang sudah ada di dalamnya mengenai bagaimana sikap kita terhadap orang yang memberi ilmu dan apa akibatnya jika kita tidak menghormati atau menhargai orang yang memberi kita ilmu, tidak pernah bisa menghargai guru seperti orang Jepang yang sangat menghornati guru?.
Ini merupakan sebuah tantangan bagi generasi muda saat ini untuk bisa merubah sikap bangsa ini terhadap guru, bila bukan kita maka siapa lagi. Yang mencetak generasi muda yang berprestasi adalah guru juga dan dari sebegitu banyaknya jasa yang mereka berikan dan kita tidak akan bisa membalasnya, maka guru mendapat gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Itu sebutan yang pantas bagi guru-guru di negara tercinta kita ini, Indonesia.
Ketika Alloh mentakdirkan aku menjadi guru maka akan ku terima dengan sepenuh hati dan menjalankannya dengan sepenuh hati pula. Pada saat itu terjadi aku akan mulai menata diriku sendiri karena guru itu akan menjadi contoh bagi para muridnya Ketika gurunya berbuat salah maka jangan salahkan murid jika murid juga melakukan hal yang sama karena murid tersebut mencontoh tingkah laku dari gurunya tadi.
Setelah mampu menata diri kemudain mulai menata murid-muridnya dan ini merupakan hal yang paling tersulit karena dalam pelaksanaan tahap ini sering terjadi sesuatu yang tak diinginkan terjadi seperti guru menampar muridnya karena kesalahan kecil, dalam hal ini kita tidak bisa menyimpulkan bahwa 100% guru itu salah karena mungkin saja sebelum-sebelumnya murid itu pernah melakukan hal yang membuat guru itu marah dan ini bukan untuk pertama kalinya.
Tapi dalam hal ini juga guru harus bisa menahan emosi mereka ketika berhadapan dengan murid yang memang super. Dan kesabaran adalah tahap ketiga yang akan saya lakukan ketika saya menjadi guru.
0 komentar:
Posting Komentar